Kamu sedang membaca sesuatu dalam ubud,....

sesuatu dalam ubud,....

  • Minggu, 17 Oktober 2010
  • Suara Muda Ubud

















  • Ubud yang menarik, Ubud yang unik, Ubud yang eksotik, banyak pujian ditujukan untuk desa kecil ini, ada apa dengan ubud?

    Sesuatu dalam Ubud.... sesuatu yang menjadikan para pelancong  datang selalu ke Ubud, sesuatu yang menjadikan Ubud tampak mempesona, sesuatu yang menjadikan Ubud tersohor hingga ke seluruh dunia,...
    Pasti ada sesuatu di dalam Ubud, sesuatu yang membuat segala itu terjadi, sesuatu yang sulit dipahami, diraba, dan dirasakan, tapi ada dan punya wibawa yang maha besar.

    Sebuah kisah ilustrasi asal muasal desa Ubud perlu mengawali pencarian sesuatu itu.
    Ubud memang lekat kaitannya dengan kisah kedatangan Rsi Markandia ke Bali, yang menjadi tonggak legenda itu dikabarkan bermula.

    Rsi Markandia datang ke Bali dan menemukan dua sungai bercabang yang jernih dan dari sanalah Rsi Markandia lalu memberi nama sungai ini  "Uos" (lanang dan wadon atau laki-laki dan perempuan). Dalam saat yang sama, sang Rsi melepas penatnya dengan mandi menikmati kesegaran sungai Uos, rupanya seusai mandi rasa lelah seketika sirna, kesegaran air sungai itu seolah menjadi obat yang sangat mujarab mengusir keletihannya.

    Kata Uos diambil dari kata Usada yang dalam bahasa Bali disebut Ubat. Dari sinilah kemudian kawasan di mana sungai Uos ini berada disebut sebagai daerah Ubad  yang juga berarti Obat dan di kemudian zaman kata Ubat berubah sebut menjadi Ubud.

    Waktu berlalu dan ubud menjadi sebuah desa yang subur dan makmur dengan kesejukan alam yang menentramkan. Di Ubud kemudian dipimpin oleh seorang raja yang menjadi leluhur Puri Ubud kini.

    Sejak mula ditemukannya Ubud,hingga Ubud berkembang menjadi sebuah kerajaan, dan bahkan di masa pergerakan kemerdekaan dan masa pembangunan seslalu daerah ini dipenuhi keistimewaan, bahkan masyarakatnya (masyarakat desa Ubud) dari zaman ke zaman selalu menjadi manusia utama. Sebutlah saja; Tjokorda Raka Sukawati yang menjadi Presiden Negara Indonesia Timur,Tjokorda Gde Agung Sukawati yang merupakan tokoh perintis pariwisata di Ubud dan Tjokorda Raka Sukawati penemu Landas Putar Sosrobahu serta banyaknya tokoh-tokoh seniman tari dan tabuh tradisional Bali yang terbaik muncul dari relung desa Ubud.

    Bukan saja itu, Ubud sebagai sebuah desa selalu saja menggugah minat pelancong untuk datang dan menemukan kedamaian disana.

    Itulah sebabnya muncul anggapan dan keyakinan bahwa ada sesuatu di dalam Ubud, sesuatu yang disebut "TAKSU" Pancaran taksu (kewibawaan/daya tarik) ini adalah sesuatu yang dikodratkan secara niskala. Sesuatu yang memang telah menggariskan Ubud dengan banyak keindahan, kekayaan alam, kedamaian dan juga talenta masyarakatnya pada seni dan budaya.

    Sebuah moment penting menyangkut perubahan yang mencolok dari desa Ubud terjadi di tahun 1920-an, Tjokorda raka Sukawati yang memiliki pergaulan luas dan cukup dekat dengan pemerintah Belanda waktu itu, member manfaat besar memperkenalkan Ubud ke dinia luar, termasuk pada Walter Spies (seniman asal Jerman) yang belakangan di tahun 1927 berkunjung ke Ubud dan memberi tempat/sebidang tanah oleh Puri Ubud di daerah barat dekat Tjampuhan dan di sebelah timurnya Pui Ubud juga memberi tempat untuk pelukis Antonio Blanco.

    Selain dua pelukis itu juga ada Rudolf Bonnet pelukis dari Belanda yang juga dekat dengan Puri dan masyarakat seni di desa Ubud. Interaksi seniman barat dan puri bersama seniman-seniman Ubud menghasilkan berdirinya organisasi seni pertama di Bali yang diberi nama "Pita Maha". Mulai sejak saat itu, Ubud terus melaju maju, seni dan budayanya berkembang dan Ubud semakin dikenal dunia internasional.

    Kondisi ini praktis menjadikan Ubud sebagai kawasan turisme yang unik dan desa Ubud adlah harga mati yang harus dikunjungi bagi para wisatawan yang datang ke bali, mereka lalu merasa tidak lengkap bila datang ke Bali tanpa sempat melihat Ubud.

    Ubud sebagai desa agraris denagn kesadaran spiritual masyarakatnya yang tinggi dan potensi alamnya yang indah menjadikan tradisi dan budaya d Ubud dapat berjalan seimbang, hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alamnya dan manusia dengan Tuhan / "Tri Hita Karana",terlihat dinamis dan langgenga dari masa ke masa.

    Masyarakat Ubud cenderung kreatif dan terus ingin membangun desanya, mereka peduli pada kemajuan dan perkembangan Ubud dan selalu berusaha mengikatkan diri terlibat pada segala hal/kejadian yang mmenyangkut desanya (Ubud).

    Kendati orang Ubud berkarya di luar Ubud / di daerah lain baik masih di Indonesia atau bahkan sampai ke luar negeri, namun biasanya, mereka (orang-orang Ubud ini) tetap akan kembali untuk membangun daerahnya, inilah bukti keluarbiasaan Taksu yang dimiliki Ubud yang juga melekat mendarah daging pada seluruh generasi putra Ubud.

    Kearifan masyarakat Ubud merupakan ciri masyarakat desa yang sederhana dan bersahaja, mereka tidak banyak menuntut dari apa yang desanya berikan kepada mereka, namun mereka selalu berbuat sesuatu sebagai laku sebuah dharma dan yadnya dalam hidupnya ; melukis, menari, tabuh, dan bertani adalah sebuah persembahan, laku suci dan sikap sujud pada Hyang Widhi, Tuhan Sang Pencipta.

    Demikian orang Ubud menjalani hidup mereka, jadi karena itulah, masyarakat Ubud selalu kreatif dan juga selalu memperoleh petunjuk untuk menuju kebaikan, di mana mereka kemudian mampu dengan sendirinya menemukan potensi / lokal genius yang terkandung dalam alam desanya.
    Begitulah Ubud, unik, menarik, dan hidup.

    Peluang kekayaan, kemakmuran, kebahgiaan, keajaiban dan harapan bisa diberikan Ubud untuk masyarakatnya, bahkan hanya membawa nama Ubud saja, sebuah karya seni mampu terangkat popularitasnya.

    Kendati secara lahiriah memang peranan Puri Ubud, Walter Spies, Rudolf Bonnet, Miguel Covarrubias dan juga para penulis asing, travel writer,wartawan dan wisatwan merupakan sebuah sebab mengapa Ubud kemudian tersohaor seantero jagat dunia, namun satu alasan adanya kekuatan Taksu inipun diyakini menjadi faktor utama yang membuat Ubud berbeda dari daerah-daerah lainnya di nusantara yang mampu memancarkan daya pikat 'nyata' dari kemolekan sebuah desa.

    Oleh : Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA
    (dalam buku " KEMBANG RAMPAI DESA UBUD")

    by: Infinity crew...

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright 2010 Suara Muda Ubud