Kamu sedang membaca Mengenang Musim Padi di Ubud: BALI NOT FOR SALE

Mengenang Musim Padi di Ubud: BALI NOT FOR SALE

  • Kamis, 14 April 2011
  • Suara Muda Ubud
  • latar: instalasi tulisan bambu 'NOT FOR SALE"
    gde suandana sayur, i wayan sudarna putra, pande putu setiawan

    Musim panen padi adalah saat- saat terindah bagi sebagian masyarakat Ubud yang masih berprofesi menjadi petani, tak meninggalkan warisan tradisi walau terkadang hidup malah meninggalkan mereka.

    Saat ini semakin sulit menemukan sawah luas menghampar di tengah perkembangan pariwisata yang begitu pesat di manapun tanpa terkecuali merenggut Ubud. Sebagian lahan persawahan telah dijual untuk keperluan pariwisata tersebut oleh pemilik-pemilik sawah yang sudah turun temurun mewarisinya dari leluhur mereka.

    Dan ketika dua orang seniman Ubud, Sayur & Nano lalu menumpahkan rindu mereka lewat sebuah karya instalasi di tengah sawah berupa sebuah tulisan 'NOT FOR SALE' dari bambu bercat putih yang menancap dan menghiasi pesawahan Junjungan yang dikepung villa-villa maka itu seperti sebuah gelagat merindu. (Aku jadi teringat dengan deretan huruf HOLLYWOOD di bebukitan Amerika sana.) Merindu tempat mengejar capung yang dulu, merindu masa lalu, merindu ibu, merindu Dewi Sri, ia yang saban waktu tersenyum kepada orang-orang Ubud melalui putik-putik padi di pagi hari. Dan betul, katanya orang yang merindu, ia sedang mengalami pencerahan paling berharga dalam hidupnya! Mereka barangkali sedang merasakan sensasi itu. tercerahkan!

    Maka perlu sama-sama kita simak kembali, pariwisata Bali tanpa sawah seperti sebuah lukisan tanpa jiwa! maka jika kita ingin mengenang kem-Bali, maka duduklah sejenak di gubuk-gubuk kecil di tengah sawah, dimana para petani -ditemani pipit bersuka cita memanen hasil keringat mereka. Adakah kita merindu?

    Pande
    april14/2011


    Sebuah Puisi Wayan Juniari
    'Perdebatan Pesta Musim Padi'

    ini musim buah padi lagi ada
    seperti juga burung pipit
    akupun turut merasa

    pematang jadi ramai
    oleh orang-orangan sawah,
    juga oleh berjuntai-juntai tali
    yang digantungkan berderet kaleng berisi kerikil
    dan dipautkan pada seutas tali
    yang jika ditarik sekali saja akan menggoncangkan semua kaleng-kaleng itu...

    entah kenapa aku suka suara kaleng-kaleng itu....

    sensasi saat kaleng-kaleng itu ditarik beberapa kali
    kawanan burung pipit yang sibuk meraih peruntungannya pada biji padi
    menghambur bersamaan seiring teror suara kaleng-kaleng itu
    juga teriakan para petani sambil menepuk'kan tangannya

    aku merindukan sensasi itu...

    sebuah perdebatan pesta musim padi yang indah
    untukku yang selalu kesepian
    saat tak ada ayah dirumah

    suara-suara itu
    riuh tepuk tangan itu
    juga burung-burung pipit itu....

    aku merindukannya

    jika aku merindu
    diam-diam aku suka datang
    melihat rumah
    melihat sawah
    melihat kenangan

    suatu ketika
    saat aku duduk di sebuah pematang
    seseorang menghampiriku
    aku tahu siapa perempuan ini
    tak'kan pernah kulupakan guratan senyumnya
    dialah penggarap sawah kami
    dari dulu sekali ia dan suaminya selalu setia menggarap sawah kami

    sejak sudah lama aku meninggalkan kotaku ini
    dan tak ada ayah lagi
    aku pikir mereka juga hengkang
    ternyata tidak
    mereka masih setia
    setia dengan sawah kami
    setia dengan ayah....

    ia duduk disampingku
    katanya :
    "aku masih disini,hingga kini,
    kau sudah besar sekarang,sejak kau tinggalkan jalan ini,aku dan suamiku masih tetap menggarap sawah ini. Aku selalu terkenang akan kebaikan-kebaikan ayahmu,mungkin kau tak tahu.... dulu baju-baju yang tak pernah kau pakai selalu diam-diam diambil ayahmu untuk diberikannya pada anak ibu yang seumuran denganmu!

    saat kau masih merahpun aku sudah ada disini
    jadi aku tahu kisahmu
    dan bagaimana kau tumbuh di jalan ini
    berlari
    bernyanyi
    aku tak'kan lupa itu" katanya sambil berkaca-kaca

    "aku sangat merindukanmu,
    sering-seringlah kemari.
    Tengok rumah
    tengok sawah
    tengok kami
    karena kami akan selalu setia disini....
    kau sudah besar sekarang
    sudah mengerti kan?
    aku harap kau kembali lagi nanti!"

    tentu,tentu aku ingin sekali.......

    perempuan itu beranjak pergi
    sambil mengusap linangan matanya

    aku termangu
    sambil kembali menikmati sensasi
    perdebatan pesta musim padi

    dan jika aku masih diberi kesempatan,tentu aku akan kembali lagi
    ketempat dimana aku berasal.......

    mungkin nanti!








































    pic by: sayur/ayou mamboo

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright 2010 Suara Muda Ubud